Periode Neolitikum di Indonesia
Zaman Neolithikum di Indonesia
Zaman neolithikum atau yang biasa disebut juga zaman batu muda, zaman ini bermula sejak 1500 SM hingga 300 SM. Mayoritas ras manusia yang hidup pada zaman ini adalah ras bangsa melayu Austronesia dari ras mongoloid ke nusantara yang lazim disebut bangsa Protomelayu atau Melayu tua yang berasal dari Yunan wilayah cina bagian selatan.
Pada zaman ini terjadi revolusi cara hidup manusia yang pada awalnya masih berburu (food gathering) dan berpindah-pindah (nomaden) menjadi bercocok tanam (food producing) dan menetap ( sedenter). Dikarenakan pada saat bercocok tanam memiliki rentnag waktu yang lama antara waktu tanam hingga waktu panen, maka masyarakat memanfaatkan waktu ini untuk berkarya meningkatkan hasil budayanya dianataranya membuat pakaian dan perhiasan. Pakaian pada zaman neolithikum juga masih sangat sederhana, terbuat dari kulit kayu dan kulit binatang, fakta bahwa masyarakat zaman neolithikum telah menggunakan pakaian dibuktikan dengan penemuan alat pemukul kayu, pakaian dari kulit kayu menggunakan perhiasan dari batuan yang indah, seperti pada gambar berikutZaman Neolithikum di Indonesia Zaman neolithikum atau yang biasa disebut juga zaman batu muda, zaman ini bermula sejak 1500 SM hingga 300 SM. Mayoritas ras manusia yang hidup pada zaman ini adalah ras bangsa melayu Austronesia dari ras mongoloid ke nusantara yang lazim disebut bangsa Protomelayu atau Melayu tua yang berasal dari Yunan wilayah cina bagian selatan. Pada zaman ini terjadi revolusi cara hidup manusia yang pada awalnya masih berburu (food gathering) dan berpindah-pindah (nomaden) menjadi bercocok tanam (food producing) dan menetap ( sedenter). Dikarenakan pada saat bercocok tanam memiliki rentnag waktu yang lama antara waktu tanam hingga waktu panen, maka masyarakat memanfaatkan waktu ini untuk berkarya meningkatkan hasil budayanya dianataranya membuat pakaian dan perhiasan. Pakaian pada zaman neolithikum juga masih sangat sederhana, terbuat dari kulit kayu dan kulit binatang, fakta bahwa masyarakat zaman neolithikum telah menggunakan pakaian dibuktikan dengan penemuan alat pemukul kayu, pakaian dari kulit kayu menggunakan perhiasan dari batuan yang indah, seperti pada gambar berikut
Pada zaman ini mereka mulai mengembangkan perekonomian mereka dengan mengenal sistem barter, Sistem barter merupakan langkah awal bagi munculnya sistem perekonomian dalam masyarakat.selain itu, pada masa ini kepercayaan masyarakat semakin bertambah, bahkan masyarakat juga mempunyai konsep tentang apa yang terjadi dengan seseorang yang telah meninggal yaitu penghormatan dan pemujaan kepada roh nenek moyang sebagai suatu kepercayaan yang disebut dengan Animisme. Serta kepercayaan bahwa benda-benda disekitar kita memiliki jiwa atau kekuatan yang disebut dengan Dinamisme.
pada zamn ini peralatan yang dugunkan pun lebih halus dari masa-masa sebelumnya dan dapat dibedakan langsung bagian yang digunakan untuk digunakan dan di genggam oleh tangan, diantaranya
1.Kapak persegi. Terbuat dari batu api/chalcedon yang banyak di temukan di Jawa, Sumatra, Kalimantan, dan Nusa Tenggara. sebagai lambang kebesaran, jimat, alat upacara, atau alat tukar. misalnya Beliung, Pacul dan Torah untuk mengerjakan kayu. Ditemukan diSumatera, Jawa, bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan.
2. Kapak lonjong. kapak yang penampangnya berbentuk lonjong, ujungnya agak lancip sehingga dapat dipasangi tangkai. Kapak lonjong mempunyai dua ukuran, yaitu ukuran kecil (kleinbeil) dan ukuran besar (walzenbeil). Sebagian besar wilayah temuan kapak lonjong terdapat di Papua, karenanya kebudayaan kapak lonjong sering juga di sebut dengan Neolithikum Papua. Di daerah lain di indonesia kapak lonjong juga di temukan di Sulawesi, Sangihe Talaud, Flores, Maluku, dan Kepulauan Tanimbar.
3.Mata Panah. Bentuk mata panah yang diketemukan di wilayah Jawa Timur umumnya memiliki bentuk segitiga bersayap dan agak cekung. Akan tetapi diketemukan juga mata panah yang cembung atau terkadang rata tidak memiliki sayap. Ukuran panjang dari mata panah yang diketemukan berkisar antara 3-6 cm, dengan lebar mencapai 2-3 cm. Rata-rata, mata panah itu memiliki ketebalan kurang lebih1 cm. Bahan yang digunakan untuk membuat mata panah salah satunya adalah batuan gamping. Mata panah yang ditemukan di Sulawesi Selatan kebanyakan terbuat dari batu Kalsedon kuarsa dan umumnya memiliki ukuran lebih kecil jika dibanding dengan temuan di wilayah Jawa Timur. Penyiapan bentuk juga sepertinya sengaja tidak dikerjakan pada seluruh bagian permukaan tetapi hanya berfokus pada bagian tajamannya dengan memperbanyak pahatan bergerigi.
4. Gerabah. Gerabah dari tanah liat, ditemukan di pantai selatan Pulau Jawa (antara Yogyakarta-Pacitan), Kaliumpang (Sulawesi), Melolo (Sumba). Berfungsi sebagai wadah untuk keperluan sehari-hari
5.Tembikar (Periuk belanga). Bekas-bekas yang pertama ditemukan tentang adanya barang-barang tembikar atau periuk belanga terdapat di lapisan teratas dari bukit-bukit kerang di Sumatra, tetapi yang ditemukan hanya berupa pecahan-pecahan yang sangat kecil. Walaupun bentuknya hanya berupa pecahan-pecahan kecil tetapi sudah dihiasi gambar-gambar. Di Melolo, Sumba banyak ditemukan periuk belanga yang ternyata berisi tulang belulang manusia.
•http://www.sridianti.com/zaman-neolitikum-ciri-peninggalan-kebudayaan.html
•http://www.slideshare.net/Asativasativum/neolithikum
•Sumber : http://www.sejarah-negara.com/2014/09/kehidupan-sosial-budaya-dan-kepercayaan.html
•Google.com
•sejarah kelas 10 kelompok peminatan , Erlangga.Ratna Hapsari,M. Adil